PROSES BIOTEKNOLOGI UNTUK
DAUR ULANG PRODUK KARET
Oleh : Arga Gautama, Feble Fuji Pertiwi, Yohanes T. R Sinaga, Yulianti
Pendahuluan
Elastisitas dan keregangan adalah fitur paling khas
untuk karet. Penambahan beberapa persen sulfur dan pemanasan dengan pengadukan
di bawah tekanan, jembatan sulfur akan terbentuk antara rantai hidokarbon.
Reaksi irreversible ini akan
menghasilkan material yang unik dan termoelastis, yang stabil pada selisih suhu
yang lebar. Sayangnya, bahan tidak memungkinkan untuk dibentuk ulang.
Karet sintetis berbeda dari karet alam dari struktur
kimia maupun struktur fisik. Bahan karet dapat berbeda dengan penambahan
akselerator, activator, retarders,
dan pengisi.
Pada
tahun 1999 , konsumsi karet alam di seluruh dunia adalah 6,7 juta ton ,
sementara konsumsi karet sintetis adalah 10 juta ton (irsg, 1999). Perbandingan antara
konsumsi karet alam dan sintetis meningkat beberapa persen selama sepuluh tahun
terakhir. Produksi karet yang paling banyak adalah produksi ban, dan yang lainnya
seperti bahan otomotif, bahan bukan otomotif, modifikasi plastik, alas kaki,
konstruksi, kawat, perekat, dan lain-lain.
Masalah pada penggunaan kembali karet disebabkan oleh
ikatan sulfur yangn sangat kuat antara rantai hidrokarbon, yang membuat ketidakmungkinan
dalam penghancuran dan pembentukan ulangUmumnya, prioritas pengurangan jumlah
limbah harus :
1.
Mengurangi konsumsi
2.
Penggunaan kembali produk
3.
Daur ulang bahan baku
4.
Pemulihan energi
5.
Penurunan limbah
Metode dalam penggunaan
kembali dan daur ulang yang paling umum dilakukan adalah membakar ban mobil,
pembangkit listrik sebagai bahan bakar,land-fill,
bahan karet baru, plastik, semen, sol sepatu, pot, ayunan anak-anak, dan
lain-lain.
Penggilingan bahan karet
Pada umumnya, beberapa tahapan diperlukan dalam proses
penggilingan. Ban di potong atau dipotong menjadi potongan yang besar. Pada
aplikasi tertentu diperlukan ukuran < 1 mm. Konsumsi energi merupakan biaya
terbesar dari proses penggilingan. Ketika
menggunakan karet remah baru dalam pembuatan produk karet, harga karet alam
harus berada di sekitar setengah harga bahan baku sehingga dapat
membuat efisiensi biaya.
Pemotongan dan penggilingan bahan karet memerlukan
alat khusus untuk keelastisitasannya. Proses ini berdasarkan pada kombinasi pemotongan dan merobek.
Masalah utama dari teknologi penggilingan adalah peningkatan panas pada bahan
karet, yang berarti bahwa
pendinginan harus diterapkan di semua teknik menggiling. Proses lainnya yaitu shreeding, granulator/hammer mill. Keuntungan dari cara ini
adalah keseragaman.
Cara
lain untuk menghindari degradasi adalah mendinginkan karet di bawah suhu
transisi
dengan Nitrogen cair pada suhu-70
oC sampai -130 oC. Cryo-grinding menghasilkan bubuk dengan ukuran
partikel di
bawah 0.2 mm yang dapat
diproduksi tanpa degradasi dan oksidasi. Cryo-grinding menghasilkan permukaan yang
lembut dibandingkan dengan struktur ‘cauliflower’yang diperoleh dengan proses
penggilingan.cryo-grinding adalah
metode yang relatif mahal, karena biaya nitrogen
cair.
Daur ulang bahan karet
Salah
satu cara daur-ulang bahan karet yang telah rusak dengan cara: menggiling ,
mencampur remah-remah dengan virgin karet, dan
kemudian di vulkanisasi menjadi
produk karet
baru. Sifat mekanik bahan menurun secara
drastis karena rendahnya cross linking
antar virgin rubber, dan hanya
sedikit ikatan sulfur yang terbentuk selama proses vulkanisasi.
Cara
lain untuk daur-ulang karet misalnya, proses bioteknologi
seperti degradasi mikroba dari karet menjadi produk
dalam satu cara atau lebih berguna. Secara umum, terdapat beberapa
keuntungan tertentu dengan bioteknologi
dibandingkan dengan proses kimia dan proses fisika. Bioteknologi tidak mencakup bahan kimia berbahaya atau beracun, dan tidak normalnya energi
intensif.Lebih lanjut, spesifisitas enzim dan
mikroorganisme mendegradasi yang tidak diinginkan dari
materi.
Namun, ada juga
beberapa kekurangan, yang paling menonjol adalah mikroorganisme
sensitif terhadap banyak zat kimia, termasuk bahan tambahan karet.
Pada karet vulkanisasi, campuran komposisi untuk
ketahan mikroorganisme harus dipilih. Menemukan komposisi yang tahan terhadap
mikroorganisme lebih sulit dibandingkan menemukan obat pembasmi untuk karet.
Beberapa campuran komposisi akan menyebabkan masalah ketika bioteknologi
digunakan untuk daur ulang karet.
Proses Bioteknologi
Proses bioteknologi dapat didefinisikan secara umum
sebagai “penegndalian dan aplikasi dari agen biologi secara sederhana - sel
hidup atau mati atau komponen sel- dalam perlakuan teknologi yang berguna. Mereka juga disebut sebagai “penggabungan
dari ilmu alami dan ilmu keteknikan untuk mencapai aplikasi dari organisme,
sel, dan bagian dari itu dan molekul analog untuk produk dan pelayanan”. Proses seperti ini antara lain seperti
operasi beragam produksi seperti pakan ternak, asam sitrat dan antibiotik,
pengolahan limbah, pemurnian air dan perbaikan tanaman pertanian. Dalam proses bioteknologi,
yang perlu diperhatikan adalah metode seperti aerobic ataupun anaerobik, reaktor
kontinyu atau batch. Setiap prosedur
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Garis besar sejarah
Karet telah digunakan oleh manusia selama ribuan
tahun. Columbus dan teman-temannya adalah orang eropa pertama menemukan karet
ketika menjelajahi Amerika selatan pada tahun 1490. Pada masa itu, suku Indiana
sudah mengetahui dan menggunakannya, selain sebagai bola juga digunakan untuk
botol, sepatu, topi anti air.
Masalah dengan karet ini adalah lengket dan tahan air.penggunaan
produk karet relative terbatas hingga Charles Goodyear meninggalkan sepotong
karet dengan sulfur pada oven bersuhu hangat tahun 1839. Hasil yang
mengejutkan, bahan menjadi tidak lengket dan stabil, yang beberapa tahun
selanjutnya menjadi salah satubahan yang paling banyak digunakan di dunia. 50
tahun kemudian Dunlop menemukan ban pneumatic, yang menjadi produk penting.
Pada perang dunia I, Jerman memproduksi karet sintetik, dan mereka
mengembangkan tekniknya selama tahun 1930-an. Perang dunia II, Amerika dipaksa
untuk memproduksi karet sintetis. Saat ini, sekitar 60% perusahaan karet adalah
karet sintetis.
Selama bertahun-tahun mengunakan produk karet, selalu
ada masalah pada penurunan mikroba, dan kajian secara luas dilakukan yang
bertujuan untuk pencegahan. Satu ide yaitu menggunakan pengurangan mikroba yang
dibuang dari bahan karet, dan mungkin
itu digunakan untuk memperoleh keuntungan produk akhir sebagai pemecahan
masalah.
Produk karet yang
mengaplikasikan daur ulang secara bioteknologi
Jumlah proses bioteknolgi yang digunakan untuk daur
ulang bahan karet masih sangat terbatas. Daur ulang dengan desulfurisasi
mikroba saat ini merupakan pilihan yang paling memungkinkan, tapi tidak
digunakan secara komersial. Secara
umum metode bioteknologi
ini prospek bisnis yang
menjanjikan sebagai solusi dimasa
depan dari
peningkatan permintaan daur ulang karet.
Degradasi Mikroba Karet
Tsuchii dan pegawainya membuat studi secara luas pada
degradasi karet dan mempelajari degradasi produk dari bahan karet alam setelah
perlakuan dengan Nocardia 835 A. mereka menemukan bahwa peningkatan jumlah carbon black, sulfur dan cyclohexylbenzothiazole sulfonamide
(CBS) meningkatkan ketahanan terhadapa degradasi mikroba. Pengamatan lain
melaporkan perbedaan studi bahwa kemampuan isolasi degradasi karet umumnya
dengan Actinomycetes, dan karet alami
lebih mudah terdegradasi dibandingkan karet sintetik.
Enzim dari bakteri Gram negative Xanthomonas sp. Menunjukkan degradasi alami dari lateks karet alam
untuk menciptakan produk degradasi yang sama seperti Nocardia 835 A. degradasi
lebih efisien pada produk dengan karet alam dibandingkan dengan produk karet sintetis.
Hal ini dapat dikarenakan dua alasan berikut: (1) mikroorganisme menemukan
kesulitan dalam mendegradasi campuran molekul dengan kompleksitas tinggi. (2)
tambahan campuran beracun pada bahan karet. Hal ini karena cross linking pada
karet tervulkanisasi tidak efektif untuk didegradasi, sedangkan pada karet alam
lebih efektif untuk didegradasi.
Williams(1986) mengemukakan bahwa mikroorganisme lebih
menyukai menyerang kandungan asam stearate pada karet tervulkanisasi, yang
merupakan ide yang menarik dan harus diperhatikan dalam upaya pencegahan
kerusakan karet.
Modifikasi permukaan
Tujuan dari modifikasi permukaan adalah untuk meningkatkan interaksi
antara partikel karet dasar dan matrik baru ketika remah karet dicampur dengan
bahan baru.Hal ini dilakukan
untuk meningkatkan sifat bahan yang terdiri sebagian dari bahan karet dasar.
Pembelahan rantai hidrokarbon
Pembelahan rantai hidrokarbon yang terbatas pada
permukaan karet tervulkanisasi dapat membuat rantai lebih fleksibel, dan
sejumlah besar ikatan tak jenuh dapat membentuk ikatan baru dengan bahan
disekitarnya.
Desulfurisasi bahan karet
Efek dari desulfurisasi akan sama seperti pembelahan
rantai hidrokarbon, tetapi mungkin lebih efisien. Pemotongan ikatan sulfur
membuat rantai hidrokarbin lebih fleksibel dan menghasilkan sejumlah besar
tempat aktif untuk ikatan baru, tetapi tidak berpengaruh pada kualitas dari
polimer.
Detoksifikasi Mikroba
Umumnya, karet mengandung bahan tambahan seperti accelerator, retarders dan antioksidan
yang menjadi bahan beracun bagi mikroorganisme. Bahan tambahan berbahaya pada
karet dapat dilarutkan pada pelarut organik, tetapi hal ini bukan solusi
terbaik. Situasi ini juga menjadi masalah pada penerapan penggunaan ban.
Kemungkinan menggunakan kemampuan mikroorganisme dalam
mendegradasi substansi aromatikmenggunakan detoksi pada karet perlu
pertimbangan yang besar sekali. Rhodococcus,
sebagai contoh di laporkan dapat mengurai senyawaaromatik dan berbagai senyawa
lainnya.
Keadaan sekarang
Saat ini, jumlah proses teknologi sangat terbatas
dalam penggunaan kembali limbah bahan karet. Sejumlah patent ada untuk
bioteknologi desulfurisasi bahan karet, tetapi sepengetahuan kita proses ini
tidak dikomersialkan.
Prinsip utama dalam proses bioteknologi adalah
detoksifikasi, degradasi total, modifikasi permukaan, degradasi sebagian,
degradasi permukaan dan desulfurisasi.
S
·
Tidak berbahaya dan tidak
memasukan bahan kimia berbahaya
·
Tidak memerlukan energi yang
intensif
·
Mendegradasi material yang tidak
diinginkan
W
·
Mikroorganisme sensitif terhadap
banyak bahan kimia yang terkandung pada zat tambahan pada karet
O
·
Masih banyak industri yang belum
menggunakan cara ini
·
Harga dan sistem tergolong lebih
mudah dan tidak berbahaya
T
Sulit dalam menjalankannya karena perlu produk karet
yang memiliki ketahanan bagi mikroorganisme yang digunakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar