LAPORAN
Teknologi
Pengolahan Karet
(PT.
BANUA LIMA SAJURUS BANJARMASIN)
Disusun
Oleh :
Arga
Gautama
Kristian
Antoni
Purnomo
Rusna
Iin
Mudzakiroh
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Menurut IRSG 2014,
Indonesia masih menduduki peringkat kedua terbesar produksi karet alam dunia
setelah Thailand. Namun, dari total produksi karet alam secara keseluruhan,
produksi karet alam dunia mengalami penurunan pada kuartal kedua tahun 2014
sebesar 2,3%. Hal ini disebabkan karena turunnya produktivitas karet alam di
beberapa kawasan Asia Pasifik, seperti Thailand, Malaysia, dan India sehingga
berimplikasi pada produksi karet alam dunia.
Salah satu faktor penyebab terjadinya kelesuhan produktivitas karet alam dunia adalah pengaruh perubahan politik di beberapa kawasan Asia Tenggara dan juga rendahnya harga karet alam yang terus merosot. Saat ini harga karet alam dibandrol 1,77 USD/kg untuk jenis karet spesifikasi teknis dan 172,3 USD/kg untuk jenis RSS 3 (Harian Analisa, 4 Nov 2014).
Salah satu faktor penyebab terjadinya kelesuhan produktivitas karet alam dunia adalah pengaruh perubahan politik di beberapa kawasan Asia Tenggara dan juga rendahnya harga karet alam yang terus merosot. Saat ini harga karet alam dibandrol 1,77 USD/kg untuk jenis karet spesifikasi teknis dan 172,3 USD/kg untuk jenis RSS 3 (Harian Analisa, 4 Nov 2014).
Untuk perdagangan karet alam itu
sendiri, Thailand dan Indonesia mengalami peningkatan ekspor masing-masing
sebesar 8,1% dan 2,5% pada tahun 2014. Sementara Malaysia mengalami penurunan
ekspor sebesar 0,4%. Dan jika dilihat dari total keseluruhan, ekspor karet
dunia mengalami peningkatan sebesar 6,7% untuk jenis TSR, 2,1% untuk jenis RSS
dan 3,4% untuk jenis lateks.
Konsumsi karet dunia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, baik konsumsi karet alam maupun karet
sintetis. Pada kuartal kedua tahun 2014, konsumsi karet alam dunia mengalami
peningkatan 4,2% atau sebesar 13,9 juta ton. Konsumsi karet alam dunia
berhubungan langsung oleh permintaan (demand) negara-negara industri seperti
China dan Amerika, namun laju permintaan di negara asia pasifik termasuk China,
berjalan lambat. Kondisi ini menggambarkan adanya persaingan antara penggunaan
karet alam dan karet sintetis yang semakin meningkat.
Dari kondisi perkembangan karet alam
di atas, kondisi tersebut menggambarkan persaingan pasar ekspor industri karet
semakin ketat. Maka dalam pengembangan industri barang jadi karet nasional
hendaknya mengisi pangsa pasar dunia, tentunya dengan mengupayakan pengembangan
ke pasar baru khususnya ke China dan India, meningkatkan penyerapan pasar dalam
negeri, mempercepat peremajaan perkebunan karet rakyat, peningkatan penggunaan
karet alam dalam negeri, dan pemetaan sub-sektor industri barang karet yang
perlu didorong pertumbuhannya dan pemberian insentif investasi.
Ketiga negara produsen karet alam di
Asia Tenggara, seperti Thailand, Malaysia, dan Indonesia, perkembangan industri
barang jadi karet di masing-masing negara tersebut berbeda-beda. Dari data
konsumsi karet alam di tiga negara tersebut diketahui Malaysia telah melangkah
paling depan dalam industri barang jadi karet. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan industri barang jadi karet yang pesat di Malaysia antara lain
kemudahan yang ditawarkan dalam investasi di sektor industri karet. Faktor lain
yang mempengaruhi perkembangan industri hilir karet di Malaysia adalah
tersedianya teknologi dan tenaga terampil, didukung oleh penelitian dan
pengembangan yang ekstensif dengan sumber daya manusia serta sarana yang
tangguh.
Sejumlah lokasi di Indonesia
memiliki keadaan lahan yang cocok untuk per tanaman karet
, sebagian besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan
karet tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3,2 juta ha
yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di antaranya 85 merupakan perkebunan
karet milik rakyat, dan hanya 7 perkebunan besar
negara serta 8 perkebunan besar milik swasta. Produksi
karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai 2,2 juta
ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan melakukan peremajaan
dan memberdayakan lahan-lahan pertanian milik petani serta lahan kosong/tidak
produktif yang sesuai untuk perkebunan karet
. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan dunia terhadap komoditi karet
ini di masa yang akan datang, maka upaya untuk meningkatkan pendapatan petani
melalui perluasan tanaman karet dan
peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang
efektif untuk dilaksanakan. Guna mendukung hal ini, perlu diadakan bantuan yang
bisa memberikan modal bagi petani atau pe kebun swasta
untuk membiayai pembangunan kebun karet
dan pemeliharaan tanaman secara intensif. Pada bahasan
ini disajikan prospek karet alam yang mencakup, (i)
perkembangan pasar komoditi karet alam dilihat
dari perkembangan pasar global, (ii) perkembangan industri karet
alam nasional, dan (iii) perkembangan industri karet
internasional.
Bahan olah karet dari petani pada
umumnya berupa bekuan karet yang dibekukan dengan bahan pembeku yang
direkomendasikan (asam format), maupun yang tidak direkomendasikan (asam cuka,
tawas, dsb), serta pembekuan secara alami. Pada saat ini bahan olah karet
tersebut mendominasi pasar karet di Indonesia karena dinilai petani paling
praktis dan menguntungkan.
Bahan olah karet berupa lateks dan koagulum lapangan, baik yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat maupun perkebunan besar dapat diolah menjadi komoditas primer dalam berbagai jenis mutu. Lateks kebun dapat diolah menjadi lateks pekat dan lateks dadih serta karet padat dalam bentuk RSS, SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF dan thin pale crepe yang tergolong karet jenis mutu tinggi (high grades). Sementara koagulum lapangan, yakni lateks yang membeku secara alami atau dengan koagulan selanjutnya hanya dapat diolah menjadi SIR10, SIR 20 dan brown crepe yang tergolong jenis karet mutu rendah (low grades).
Bahan olah karet berupa lateks dan koagulum lapangan, baik yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat maupun perkebunan besar dapat diolah menjadi komoditas primer dalam berbagai jenis mutu. Lateks kebun dapat diolah menjadi lateks pekat dan lateks dadih serta karet padat dalam bentuk RSS, SIR 3L, SIR 3CV, SIR 3WF dan thin pale crepe yang tergolong karet jenis mutu tinggi (high grades). Sementara koagulum lapangan, yakni lateks yang membeku secara alami atau dengan koagulan selanjutnya hanya dapat diolah menjadi SIR10, SIR 20 dan brown crepe yang tergolong jenis karet mutu rendah (low grades).
Sebagian besar produk karet
Indonesia diolah menjadi karet remah (crumb rubber) dengan kodifikasi “Standard
Indonesian Rubber” (SIR), sedangkan lainnya diolah dalam bentuk RSS dan lateks
pekat. Kapasitas pabrik pengolahan crumb rubber pada saat ini sesungguhnya
sudah melebihi dari kapasitas penyediaan bokar dari perkebunan rakyat, namun
pada lima tahun mendatang diperlukan investasi baik untuk merehabilitasi pabrik
yang ada maupun untuk membangun pabrik pengolahan baru untuk menampung
pertumbuhan pasokan bahan baku yang diperhitungkan akan meningkat seiring
dengan gencarnya upaya-upaya peremajaan dan perluasan areal kebun karet yang
baru.
Prospek bisnis pengolahan crumb
rubber ke depan diperkirakan tetap menarik, karena marjin keuntungan yang
diperoleh pabrik relatif pasti. Marjin pemasaran, antara tahun 2000-2006
berkisar antara 3,7%-32,5% dan marjin keuntungan pabrik pengolahan antara 2-4%
dari harga FOB, tergantung pada tingkat harga yang berlaku. Tingkat harga FOB
itu sendiri sangat dipengaruhi oleh harga dunia yang mencerminkan permintaan
dan penawaran karet alam, dan harga beli pabrik dipengaruhi kontrak pabrik
dengan pembeli/buyer (biasanya pabrik ban) yang harus dipenuhi. Pada umumnya
marjin yang diterima pabrik akan semakin besar jika harga meningkat.
Tujuan
Praktikum
Mahasiswa
mengetahui proses dan cara pengolahan karet dari bahan olah karet menjadi SIR
10 dan SIR 20 serta meningkatkan wawasan mahasiswa dibidang teknologi
pengolahan karet.
TINJAUAN
PUSTAKA
Produk
Olahan Lateks
Lateks
adalah suatu koloid dari partikel karet dalam air. Lateks Hevea
brasiliensis merupakan sitoplasma dari sel-sel pembuluh lateks yang
mengandung partikel karet dan non karet yang tersuspensi dalam medium cair yang
mengandung banyak bahan-bahan terlarut yang disebut serum. Serum lateks
mengandung bahan-bahan terlarut ion-ion anorganik dan ion-ion logam yang masuk
ke dalam lateks saat lateks disadap.
Komposisi
kimia lateks sangat kompleks (Archer, et.al., 1963). Secara umum
komponen kimiawi lateks adalah sebagai berikut:
-
Karet (30-35%)
- Resin (0,5-1,5%)
- Protein (1,5-2,0%)
- Abu (0,3-0,7%)
- Gula (0,3-0,7%)
- Air (55-60%)
- Resin (0,5-1,5%)
- Protein (1,5-2,0%)
- Abu (0,3-0,7%)
- Gula (0,3-0,7%)
- Air (55-60%)
Apabila lateks disentrifugasi pada
kecepatan 54.000 g (gravitasi) selama 60 menit, maka lateks akan terpisah
menjadi empat fraksi utama sebagai berikut:
1. Fraksi karet (37%)
Fraksi
ini berwarna putih, terdiri dari partikel karet, protein, lipid, dan ion-ion
logam.
2. Fraksi Frey Wyessling (3%)
Fraksi
ini berwarna kuning jingga, terdiri dari karotenoid dan lipid.
3. Fraksi serum (50%)
Fraksi
ini berupa larutan jernih yang terdiri dari air, karbohidrat dan inositol,
protein dan senyawa turunan, senyawa nitrogen, asam nukleat dan nukleosida, ion
anorganik, serta ion-ion logam.
4. Fraksi dasar (10%)
Fraksi
ini berwarna kuning pucat, terdiri dari protein dan senyawa nitrogen, karet dan
karotenoid, lipid dan ion logam atau yang lebih dikenal sebagai lutoid
(vakuolisosom), yang dapat menghentikan aliran lateks karena tersumbatnya
pembuluh lateks (Tangpakdee, 1998).
Mutu bahan olah karet rakyat (bokar)
sangat menentukan daya saing karet alam Indonesia dipasar International. Dengan
mutu bokar yang baik akan terjamin permintaan pasar jangkan panjang. Mutu bokar
yang baik dicerminkan oleh Kadar Kering Karet (KKK) dan tingkat kebersihan yang
tinggi. Upaya perbaikan mutu bokar harus dimulai sejak penanganan lateks di
kebun sampai dengan tahap pengolahan akhir. Dalam rangka perbaikan mutu bokar,
pemerintah telah menetapkan SNI – Bokar No.06
– 2047 – 2002 tanggal 17 oktober 20 dengan kriteria nilai KKK, kebersihan,
ketebalan, dan jenis bahan bekuan. (Sunarti, 2008)
Bokar yang bermu tu
tinggi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yaitu:
a. Tidak ditambahkan bahan – bahan Non karet.
b. Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
c. Segera digiling dalam keadaan segar
d. Disimpan ditem pat yang teduh dan terlindung
e. Tidak direndam dalam air.
a. Tidak ditambahkan bahan – bahan Non karet.
b. Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
c. Segera digiling dalam keadaan segar
d. Disimpan ditem pat yang teduh dan terlindung
e. Tidak direndam dalam air.
Dalam
rangka perbaikan mutu bokar, pemerintah telah menetapkan SNI – Bokar No.06 – 2047 – 2002 tanggal 17 oktober 20
dengan kriteria nilai KKK, kebersihan, ketebalan, dan jenis bahan bekuan. Bokar
yang bermutu tinggi harus memenuhi beberapa persyaratan teknis yaitu:
a. Tidak ditambahkan
bahan – bahan Non karet
b. Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
c. Segera digiling dalam keadaan segar
d. Disimpan ditempat yang teduh dan terlindung
e. Tidak direndam dalam air. (Kaban, 2002)
b. Dibekukan dengan asam format/semut atau bahan lain yang dianjurkan dengan dosis yang tepat
c. Segera digiling dalam keadaan segar
d. Disimpan ditempat yang teduh dan terlindung
e. Tidak direndam dalam air. (Kaban, 2002)
Bahan olah karet rakyat
:
1. Lum Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya.
2. Lum Bambu : adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan lainnya
3. Sleb/Lum Deurob ( Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 1 0 : 1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh balai penelitian sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.
4. Sleb Tipis dan Sleb Giling : Bahan olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lum mangkok kemudian dibekukan dengan asam format atau semut didalam bak pembeku yang berukuran 6 0cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda didalam pengangkutan .
5. Blanket : Sleb tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin mini Creper, proses penggilingan dilakukan sebanyak 4 – 6 kali sambil disemprot air untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb, Blanket mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm – 1cm, dengan KKK sekitar 65% – 75%.
6. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS : Sit angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK 90 – 95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengiringan.
7. Sit Asap ( Ribbed Smoked Sheet/RSS ) : Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam format/semut hamper sama dengansit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40 derajat – 60 derajat celcius selama 4 hari . Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan setelah proses pengeringan, keuntungan yang diperoleh RSS dapat langsung diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, mutu produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis bokar yang lain.
8. Lateks Pekat : Lateks Pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara pusingan atau didadihkan dari KKK 28%30 % menjadi KKK 60 % – 64 % , pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun,pembuatan larutan. ( Anonim, 2009).
1. Lum Mangkuk : adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk, pada musim penghujan untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau bahan lainnya.
2. Lum Bambu : adalah sistem pembekuan lateks dengan menggunakan tabung bambu dengan penambahan asam format/semut atau bahan lainnya
3. Sleb/Lum Deurob ( Asap Cair ) : lateks ditambahkan pembeku Deorub dengan perbandingan 1 0 : 1 , pembeku deorub telah ditemukan oleh balai penelitian sembawa yang berfungsi sebagai pembeku lateks , mencegah, dan menutup bau busuk pada bekuan, mempertahankan nilai Po & PRI, memberikan aroma asap yang khas serta bewarna cokelat.
4. Sleb Tipis dan Sleb Giling : Bahan olah karet rakyat pada umumnya dalam bentuk Sleb tipis dan giling cara pembuatan yang umum dilakukan adalah dengan mencampurkan lateks dengan lum mangkok kemudian dibekukan dengan asam format atau semut didalam bak pembeku yang berukuran 6 0cm x 40 cm x 6 cm tanpa perlakuan penggilingan, bahan olahan ini lebih disukai karena mutu yang dihasilkan seragam dengan Kadar Karet Kering (KKK) sekitar 50%, tidak ada resiko penurunan mutu serta muda didalam pengangkutan .
5. Blanket : Sleb tipis dapat diolah menjadi blanket melalui penggilingan dengan mesin mini Creper, proses penggilingan dilakukan sebanyak 4 – 6 kali sambil disemprot air untuk menghilangkan kotoran yang terdapat didalam sleb, Blanket mempunyai Ketebalan sekitar 0,6cm – 1cm, dengan KKK sekitar 65% – 75%.
6. Sit Angin (Unsmoked sheet/USS : Sit angin adalah lembaran karet hasil bekuan lateks yang digiling dan dikering anginkan sehingga memiliki KKK 90 – 95 % proses pembuatn sit angin terdiri dari penerimaan dan penyaringan lateks, pengenceran, pembekuan, pemeraman, penggilingan, pencucian, penirisan, dan pengiringan.
7. Sit Asap ( Ribbed Smoked Sheet/RSS ) : Proses pengolahan Sit Asap dengan pembeku asam format/semut hamper sama dengansit angin, bedanya terletak pada proses pengeringan, yaitu pada sit asap dilakukan pengasapan pada suhu yang bertahap antara 40 derajat – 60 derajat celcius selama 4 hari . Klasifikasi Sit Asap menjadi RSS 1, RSS 2, RSS 3, dan cutting dilakukan setelah proses pengeringan, keuntungan yang diperoleh RSS dapat langsung diekspor atau sebagai bahan baku industri barang jadi karet, mutu produk seragam dan konsisten, harga paling tinggi dibandingkan jenis bokar yang lain.
8. Lateks Pekat : Lateks Pekat adalah lateks kebun yang dipekatkan dengan cara pusingan atau didadihkan dari KKK 28%30 % menjadi KKK 60 % – 64 % , pengolahan lateks pekat melalui beberapa tahap yaitu penerimaan dan penyaringan lateks kebun,pembuatan larutan. ( Anonim, 2009).
Proses
Pembuatan Sir 10 dan Sir 20
Standar mutu karet bongkah Indonesia
tercantum dalam Standar Indonesia Rubber (SIR). SIR adalah Karet bongkah (karet
remah) yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan
ukuran yang telah ditentukan.
Karet alam SIR-20 berasal dari
koagulum (lateks yang sudah digumpalkan) atau hasil olahanseperti lum,sit
angin, getah keeping sisa, yang diperoleh dari perkebunan rakyat dengan asal
bahan baku yang sama dengan koagulum.Prinsip tahapan proses pengolahan karet
alam SIR-20 yaitu
-Sortasi
bahan baku
-Pembersihan
dan pencampuran makro
-Peremahan
-Pengeringan
-Pengempaan
bandela
-Pengemasan
Perbedaan SIR 5, SIR 10, dan SIR 20
adalah pada standar spesifikasi mutu kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat
menguap yang sesuai dengan Standar Indonesia Rubber. Langkah proses pengolahan
karet alam SIR 20 bahan baku koagulum (lum mangkok, sleb, sit angin, getah
sisa). Disortasi dan dilakukan pembersihan dan pencampuran mikro, pengeringan
gantung selama 10 hari sampai 20 hari, peremahan, pengeringan, pengempaan bandela,
(setiap bandela 33 Kg atau 35 Kg), pengemasan dan karet alam SIR-20 siap untuk
diekspor (Ompusunngu, 1987).
METODE
PRAKTIKUM
Tempat
dan Waktu
Tempat dilakukannya
kunjungan industri ini adalah di PT. Banua Limasajurus yang berada di Jalan
Tembus Mantuil RT. 30 RW. 08 No. 84-88 kelurahan Kelayan Selatan, Kecamatan
Banjarmasin Selatan Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Terletak pada
koordinat 30O20’42” S dan 140O34’55” E. Pada tanggal 20
Desember 2014 pada pukul 10.00 WITA.
Pelaksanaan Praktikum
Pelaksanaan praktikum
ini dilakukan dengan cara wawancara langsung dan secara terjun kelapangan
secara langsung.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Hasil yang didapatkan
dalam kunjungan industri ini adalah:
1. Nama
perusahaan: PT. Banua Limasajurus.
2. Jenis
usaha dan produk yang dihasilkan:
2.1. Jenis usaha: Industri pengolahan karet menjadi
crumb rubber SIR 10 dan SIR 20.
2.2. Produk yang dihasilkan: Crumb Rubber SIR 10 dan SIR
20.
3. Jenis
bahan baku yang digunakan: lump, slab, dan
asapan (skimming).
4. Tahapan
proses pengolahan:
4.1. Alat-alat yang digunakan: prebreaker, hammermill, mangle atau blending, trolly, lift, cutter, dryer, press, tang, metal detector, pompa
air, dan generator.
4.2. Kondisi proses masing-masing tahap: penanganan
bahan olahan karet, proses basah, dan proses kering.
4.3. Tujuan masing-masing tahap proses: penanganan
bahan olahan karet untuk melihat kualitas bokar, proses basah untuk mengolah
bokar menjadi lembaran yang disebut blanket, dan proses kering untuk proses
pemasakan blanket menjadi bandela.
5. Mutu
produk yang dihasilkan: SNI dan ISO 9001 versi 2008.
6. Uji
kualitas bahan baku dan produk:
6.1. Uji
kualitas bahan baku: dengan cara memotong Bokar dengan mesin.
6.2. Uji
kualitas produk: PO, PRI, kadar abu, kadar kotoran, dan kadar zat menguap.
Pembahasan
Bahan
Baku
Bahan baku yang
digunakan PT. Banua Limasajurus berupa lump,
slab, dan asapan (skimming).
Bahan baku ini berasal dari petani meupun pengumpul kiriman dari wilayah
Kalimantan Selatan yaitu dari Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara,
Tabalong, Banjar, dan lain-lain. Juga dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur,
Poso, Maluku, dan lain-lain. Pembelian dan pembayaran dari bahan baku ini
disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Selain membali dari
petani dan pengumpul, PT. Banua Limasajurus juga memiliki perkebunan karet
sendiri yang berlokasi di Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar dan Kabupaten
Tapin. Bokar yang berasal dari perkebunan perusahaan ini memiliki kualitas
bokar dengan kualitas yang bagus karena kegiatan pembudidayaan, penanganan,
pemanenan, dan pasca panen yang sangat dikontrol oleh perusahaan. Bokar yang
berasal dari kebun perusahaan berupa slab yang berwarna putih dan tidak
terdapat kotoran dengan kualitas mutu Bokar A.
Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi
merupakan jumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktu
tertentu, yang ditentukan oleh kapasitas sumberdaya yang dimiliki, seperti
kapasitas mesin, kapasitas tenaga kerja, kapasitas bahan baku, dan kapasitas
modal. Komposisi kebutuhan bahan baku karet untuk memproduksi SIR 20 dibutuhkan
sebanyak 240 ton/hari dengan rincian berupa karet asapan (skimming) 36 ton dan karet slab/lump,
slab/cup lump sebanyak 204 ton/hari,
sehingga akan diperoleh hasil produksi berupa karet kering SIR sebanyak 120 ton
perhari.
Dengan menghasilkan
karet kering SIR sebanyak 120 ton perhari tersebut maka dibutuhkan bahan
penolong untuk pengemasan, berupa:
Kawat bannerzer = 4 kg, plastik
pembungkus = 285 kg, paku = 6 kg, dan lantai kayu untuk kemasan SW = 0,25 m3
(untuk sekitar 8 unit kemasan) kemasan jadi seperti metal box sebanyak 112 unit.
Tahap Proses Produksi
Proses produksi Crumb Rubber terdiri dari proses basah dan
proses kering. Proses basah terdiri dari pencacahan dan penggilingan, kemudian
dilakukan penyadaian dan menuju proses kering yaitu proses peremahan,
pengovenan, dan pengempaan.
1.
Penanganan
Bahan Olahan Karet (Bokar)
Bahan baku yang
baru datang akan langsung masuk dalam proses penyortasian dengan cara membelah
Bokar dengan mesin, pembelahan ini bermaksud untuk melihat kualitas dari isi
Bokar karena seringkali saat dibelah terlihat kotoran-kotoran yang menyebabkan
penurunan kualitas Bokar. Kemudian Bokar tersebut digolongkan ke dalam mutu A,
B, dan C, penggolongan mutu dilakukan dengan visualisasi mata saja. Pada saat
sortasi awal juga diselingi dengan penyiraman dengan air, hal ini bertujuan
untuk mengurangi kadar kotoran maupun lumpur yang menempel sehingga dapat
mengurangi kadar kontaminan. Pembekuan yang diterima oleh perusahaan adalah
pembekuan yang menggunakan cuka, asam semut dan bahan kimia yang sesuai standar
atau diperbolehkan. Selain daripada itu langsung ditolak oleh perusahaan.
Kualitas bahan
baku yang diterima PT. BLIMAS yaitu:
a.
Kualitas A merupakan Bokar yang memiliki
mutu paling bagus, dimana hanya terdapat sangat sedikit kotoran dan memiliki
kandungan air yang rendah.
b.
Kualitas B merupakan Bokar yang memiliki
mutu sedang, dimana terdapat sedikit kotoran.
c.
Kualitas C merupakan Bokar dengan mutu
jelek, dimana terdapat banyak pengotor seperti pasir, batu, dan
ranting-ranting.
2.
Proses
Basah
Proses basah
merupakan proses pengolahan Bokar menjadi lembaran yang biasa disebut blanket.
Inti dari proses ini adalah pencucian, sehingga didapatkan Bokar dengan sedikit
kontaminasi. Hal ini berpengaruh dalam kualitas Bokar itu sendiri. Runtutan
utama dari proses basah adalah: pencacahan, penggilingan, dan penyadaian.
2.1.
Pencacahan
Bahan
baku berupak bokar yang berupa: asapan, slab, dan lump dimasukkan kedalam conveyorbelt
dengan perbandingan bahan baku mengikuti petunjuk pada papan yang berada
didekat mesin produksi conveyor ini
kemudian bergerak menuju breaker yang
akan mencacah gumpalan Bokar menjadi potongan-potongan kecil. Gumpalan Bokar
yang sudah tercacah bergerak menuju rotary breaker yang berfungsi untuk mencuci
cacahan bokar, didalam rotary breaker terdapat pipa besi yang berfungsi untuk
menyemprotkan air, sehingga lumput, tanah, pasir maupun bahan kontaminan
lainnya akan dapat terlepas dari Bokar.
Kemudian
Bokar yang telah masuk rotary breaker jatuh
dan kembali berjalan dengan conveyor belt
menuju ke mesin hammer mill. Pada
conveyor belt yang berjalan ini
terdapat 3 orang karyawan yang bertugas untuk memungut kontaminan pada Bokar
yang berupa kayu, ranting, plastik, tali rafia, daun, dan lainnya. Karyawan
juga melakukan sortasi apabila ada gumpalan karet yang terlalu besar maka akan
dikembalikan ke breaker agar dicacah
lagi lebih halus. Ukuran karet cacah berkisar 0,5 kg.
Kemudian
masuk ke proses hammermill. Ukuran
hasil pencacahan pada proses ini berkisar 0,05 kg. Kemudian Bokar dibawa dengan
conveyor belt menuju bak pencucian.
Bak pencucian ini berupa conveyor penangguk yang ada tiga buah dengan fungsi
yang sama. Setelah melalui tiga conveyor penangguk ini, kemudian masuk kebak
besar untuk pencucian terakhir sebelum masuk kedalam proses penggilingan. Pada
kolam ini terdapat baling-baling yang berfungsi untuk memutar karet yang sudah
dihancurkan sehingga dengan adanya perputaran tersebut kotoran yang terdapat
pada karet diharapkan dapat terlepas dan mengendap kebawah dan keluar melalui
saringan yang terdapat pada bagian bawah setiap kolam.
2.2.
Penggilingan
Penggilingan
dimaksudkan untuk membentuk karet menjadi lembaran yang disebut blanket. Ukuran
blanket yang sudah siap sadai yaitu maksimal 7 mm, dengan panjang minimal 8
meter. Penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin yang disebut mangle.
Dari setiap line yang ada terdapat 8
unit mangle.
2.3.
Penyadaian
Penyadaian
adalah proses mengangin-anginkan lembaran blanket di dalam suatu kamar yang
tidak memiliki dinding tetapi memiliki atap. Penyadaian dimaksudkan untuk
mengurangi kadar air.
3.
Proses
Kering
Proses kering
merupakan proses pemasakan blanket menjadi bandela. Proses kering dilakukan
setelah blanket diturunkan dari kamar sadai, sehingga kadar air blanket sudah
menurun. Pada proses kering ini terdapat 2 line,
dimana keduanya digunakan bersama-sama pada waktu yang bersamaan.
3.1.
Peremahan
Setelah
dilakukan penyadaian, lembaran blanket dilakukan peremahan. Lembaran-lembaran
blanket dimasukkan kedalam mesin pemotong.
Setelah sebelumnya dicek kontaminasinya secara visualisasi, apabila ada
kontaminasi maka pekerja akan mencungkilnya dengan tang. Ukuran remahan
berkisar kurang dari 0,025 kg. remahan-remahn yang telah dicuci dialirkan
kedalambak yang terdapat pendayung yang mendorong remahan karet menuju
tenggukan.
3.2.
Pengovenan
Pengovenan
dilakukan dengan oven dryer selama 15
menit dengan suhu kurang lebih 150OC, dimana 10 menit pengovenan dan
5 menitnya didinginkan dengan blower yang
masih menjadi satu dengan mesin oven
dryer.
3.3.
Pengempaan
Bandela-bandela
yang telah dingin dikeluarkan dari dalam troli dan langsung ditimbang. Berat
timbangan bandela berkisar antara 34,5-35,5 kg, kemudian dilakukan pengempaan.
Pengempaan ini dilakukan selama kurang lebih 10 detik. Ukuran bandela yaitu
tinggi 20 cm, lebar 40 cm, dan panjang 60 cm. bandela kemudian diambil sampel
untuk diuji di laboratorium.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Kesimpulan dari
kunjungan industri yang telah dilakukan ini adalah:
1. Produk
yang dihasilkan di industri ini adalah Crumb Rubber SIR 10 dan SIR 20.
2. Mutu
dari produk Crumb Rubber adalah SNI
dan ISO 9001 versi 2008.
3. Tahap
produksi meliputi: penanganan bahan olahan karet, proses basah, dan proses
kering.
4. Proses
basah meliputi: pencacahan, penggilingan, dan penyadaian.
5. Proses
keing meliputi: pencacahan, penggilingan, dan penyadaian.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonym,
2009. Pengolahan Bahan Olahan Karet Rakyat (Bokar). http://www.antakowisena.com/artikel/pengolahan-bahan-olahan-karet-rakyat-bokar.html.
diakses pada tanggal 26 desember 2014
Anonim,
2010. Bahan olah karet. http://www.tekno-perta.com/doc
/2010/ ketentuan-bahan-olah-karet.html
diakses 26 desember 2014
Kaban,
jamaran. 2002. Diklat teknologi pengolahan karet, universitas sumatera utara.
FMIPA. Medan.
Sunarti,
2008. http://nhart-sunarti-php-yahoo.com.blogspot./doc/2010/16/
mutu-bahan-olah-karet. dan http://www.kdei-taipei.org/banner/karet.htm.
html diakses 26 desember 2014.
togel sgp
BalasHapusAgen TOGEL Online Terpercaya.
Jangan Salah Pilih BO, POIN4D 100% Fair Play.
Minimal DP/WD Rp.20.000
Keterangan Lebih Lanjut, Anda Bisa Hubungi Disini.
★ Pin BBM : D1A279B6
★ Pin BBM : 7B83E334
★ Whatsapp : +85598291698
★ Skype : Poin.4D
★ Line : +85598291698